Perbandingan Mendalam: AWS VPC vs Google Cloud VPC

aws, gcp, vpc, networking, cloud, comparison, infrastructure

Cloud Networking

Setelah beberapa tahun bekerja dengan kedua platform cloud ini, saya sering mendapat pertanyaan tentang perbandingan mendalam antara AWS VPC dan Google Cloud VPC. Keduanya memiliki filosofi desain yang sangat berbeda, dan pemahaman yang tepat tentang perbedaan ini sangat penting untuk arsitektur yang optimal.

Pengalaman saya menunjukkan bahwa pilihan antara AWS dan GCP VPC tidak hanya tentang fitur, tapi juga tentang cara berpikir dalam mendesain jaringan cloud. Mari kita eksplorasi perbedaan fundamental ini.

Arsitektur Fundamental: Regional vs Global #

AWS VPC: Regional Approach

AWS VPC menggunakan pendekatan regional yang sangat ketat. Setiap VPC terbatas pada satu region saja, dan untuk koneksi antar region, kita perlu menggunakan VPC Peering atau Transit Gateway.

# Membuat VPC di region us-east-1
aws ec2 create-vpc \
  --cidr-block 10.0.0.0/16 \
  --region us-east-1

# Untuk koneksi ke region lain, perlu setup terpisah
aws ec2 create-vpc \
  --cidr-block 10.1.0.0/16 \
  --region us-west-2

Yang menarik dari pendekatan ini adalah isolasi yang sangat kuat antar region. Jika ada masalah di satu region, tidak akan mempengaruhi region lain. Tapi ini juga berarti kompleksitas yang lebih tinggi untuk aplikasi yang membutuhkan komunikasi global.

GCP VPC: Global Approach

GCP mengambil pendekatan yang sangat berbeda dengan VPC global. Satu VPC bisa span multiple regions, dan subnets bisa dibuat di region yang berbeda dalam VPC yang sama.

# Membuat VPC global
gcloud compute networks create my-global-vpc \
  --subnet-mode custom

# Membuat subnet di region berbeda dalam VPC yang sama
gcloud compute networks subnets create subnet-us \
  --network my-global-vpc \
  --range 10.0.0.0/24 \
  --region us-central1

gcloud compute networks subnets create subnet-asia \
  --network my-global-vpc \
  --range 10.0.1.0/24 \
  --region asia-southeast1

Pendekatan global ini sangat powerful untuk aplikasi yang membutuhkan komunikasi internal antar region tanpa perlu konfigurasi tambahan.

Manajemen IP dan Subnet #

AWS VPC: CIDR Block Management

AWS memerlukan CIDR block yang didefinisikan saat membuat VPC. Semua subnet harus berada dalam CIDR block ini.

# VPC dengan CIDR 10.0.0.0/16
# Subnet bisa dibuat dengan range:
# - 10.0.1.0/24 (us-east-1a)
# - 10.0.2.0/24 (us-east-1b)
# - 10.0.3.0/24 (us-east-1c)

Kelemahan dari pendekatan ini adalah jika kita salah planning CIDR block di awal, akan sulit untuk mengubahnya nanti. AWS memang mendukung secondary CIDR blocks, tapi prosesnya tidak semudah yang diharapkan.

GCP VPC: Flexible Subnet Management

GCP tidak memerlukan CIDR block di level VPC. Setiap subnet bisa memiliki CIDR block yang independen, dan kita bisa menambah CIDR range ke subnet yang sudah ada tanpa perlu recreate.

# Subnet bisa memiliki range yang tidak berurutan
# Subnet 1: 10.0.1.0/24
# Subnet 2: 192.168.1.0/24
# Subnet 3: 172.16.1.0/24

# Dan bisa di-expand tanpa recreate
gcloud compute networks subnets expand-ip-range subnet-1 \
  --prefix-length 23

Fleksibilitas ini sangat berguna untuk organisasi yang memiliki IP planning yang kompleks atau yang perlu mengintegrasikan dengan jaringan on-premise.

Security Model: Layered vs Unified #

AWS VPC: Multi-Layer Security

AWS menggunakan model security yang berlapis dengan Security Groups dan Network ACLs.

# Security Group (stateful, instance level)
aws ec2 create-security-group \
  --group-name web-servers \
  --description "Security group for web servers"

# Network ACL (stateless, subnet level)
aws ec2 create-network-acl \
  --vpc-id vpc-xxxxxxxxx

Security Groups bersifat stateful dan diterapkan di level instance, sementara Network ACLs bersifat stateless dan diterapkan di level subnet. Ini memberikan granular control yang sangat detail, tapi juga kompleksitas yang tinggi.

GCP VPC: Unified Firewall Rules

GCP menggunakan sistem firewall rules yang unified dan stateful. Rules bisa diterapkan berdasarkan network tags atau service accounts.

# Firewall rule berdasarkan network tags
gcloud compute firewall-rules create allow-web \
  --network my-global-vpc \
  --allow tcp:80,tcp:443 \
  --target-tags web-server \
  --source-ranges 0.0.0.0/0

Pendekatan ini lebih sederhana untuk di-manage, tapi mungkin kurang granular dibandingkan AWS. Yang menarik, GCP firewall rules bisa diterapkan secara global dalam VPC.

Load Balancing: Regional vs Global #

AWS VPC: Regional Load Balancers

AWS memiliki berbagai jenis load balancer yang semuanya regional:

# ALB hanya bisa di satu region
aws elbv2 create-load-balancer \
  --name my-alb \
  --subnets subnet-aaaa1111 subnet-bbbb2222

Untuk multi-region, kita perlu setup load balancer terpisah di setiap region dan menggunakan Route 53 untuk traffic distribution.

GCP VPC: Global Load Balancers

GCP menawarkan global load balancers yang bisa span multiple regions dengan failover otomatis.

# Global HTTP(S) Load Balancer
gcloud compute backend-services create web-backend \
  --global \
  --protocol HTTP

# Bisa menambahkan backend di region berbeda
gcloud compute backend-services add-backend web-backend \
  --global \
  --instance-group us-central1-group \
  --instance-group-region us-central1

Ini sangat powerful untuk aplikasi yang membutuhkan high availability dan low latency global.

Hybrid Connectivity #

AWS VPC: Direct Connect dan VPN

AWS menawarkan Direct Connect untuk dedicated connection dan Site-to-Site VPN untuk IPsec-based connectivity.

# Site-to-Site VPN
aws ec2 create-vpn-connection \
  --type ipsec.1 \
  --customer-gateway-id cgw-xxxxxxxxx \
  --vpn-gateway-id vgw-xxxxxxxxx

Direct Connect memberikan dedicated bandwidth dan lower latency, tapi harganya cukup mahal dan memerlukan setup yang kompleks.

GCP VPC: Cloud Interconnect dan Cloud VPN

GCP menawarkan Cloud Interconnect (dedicated) dan Cloud VPN dengan high availability.

# Cloud VPN dengan HA
gcloud compute vpn-tunnels create tunnel-1 \
  --peer-address 203.0.113.1 \
  --shared-secret secret123 \
  --target-vpn-gateway vpn-gateway-1 \
  --local-traffic-selector 0.0.0.0/0 \
  --remote-traffic-selector 0.0.0.0/0

Yang menarik, GCP Cloud VPN mendukung active-active configuration yang memberikan redundancy yang lebih baik.

Monitoring dan Observability #

AWS VPC: VPC Flow Logs

AWS VPC Flow Logs bisa dikirim ke CloudWatch Logs atau S3 untuk analisis.

# Enable VPC Flow Logs
aws ec2 create-flow-logs \
  --resource-type VPC \
  --resource-ids vpc-xxxxxxxxx \
  --traffic-type ALL \
  --log-destination-type s3 \
  --log-destination arn:aws:s3:::my-flow-logs-bucket

Integrasi dengan GuardDuty dan Athena memberikan security monitoring yang comprehensive.

GCP VPC: Rich Flow Logs

GCP VPC Flow Logs lebih kaya metadata dan terintegrasi dengan Cloud Logging.

# Enable VPC Flow Logs
gcloud compute networks subnets update subnet-1 \
  --region us-central1 \
  --enable-flow-logs \
  --logging-aggregation-interval interval-5-sec \
  --logging-flow-sampling 0.5

Data bisa di-export ke BigQuery untuk analisis yang lebih advanced.

Pricing Model #

AWS VPC: Pay-per-Use dengan Kompleksitas

AWS menggunakan model pricing yang cukup kompleks dengan berbagai komponen:

Yang sering mengejutkan adalah biaya data transfer yang bisa sangat tinggi untuk aplikasi yang banyak komunikasi antar AZ.

GCP VPC: Simplified Pricing

GCP memiliki pricing yang lebih sederhana:

Yang menarik, GCP tidak mengenakan biaya untuk data transfer dalam region yang sama.

Pros dan Cons Summary #

AWS VPC - Pros:

AWS VPC - Cons:

GCP VPC - Pros:

GCP VPC - Cons:

Use Cases dan Rekomendasi #

Pilih AWS VPC jika:

Pilih GCP VPC jika:

Refleksi dan Pembelajaran #

Setelah bekerja dengan kedua platform ini, beberapa insight yang saya dapatkan:

  1. Philosophy Matters: AWS dan GCP memiliki filosofi desain yang sangat berbeda. AWS fokus pada granular control dan flexibility, sementara GCP fokus pada simplicity dan global connectivity.

  2. Trade-offs are Real: Tidak ada solusi yang perfect. AWS memberikan control yang lebih detail tapi dengan kompleksitas yang tinggi. GCP memberikan simplicity tapi dengan flexibility yang lebih terbatas.

  3. Cost Implications: Pricing model yang berbeda bisa memberikan impact yang signifikan pada total cost of ownership, terutama untuk aplikasi yang data-intensive.

  4. Team Expertise: Pilihan platform seringkali dipengaruhi oleh expertise team yang ada, dan ini adalah faktor yang valid untuk dipertimbangkan.

  5. Future-Proofing: Kedua platform terus berkembang, dan fitur yang tidak ada hari ini mungkin akan tersedia besok.

Yang paling penting adalah memahami kebutuhan aplikasi dan organisasi dengan baik sebelum memilih platform. Tidak ada jawaban yang benar atau salah - yang ada adalah pilihan yang tepat untuk konteks yang spesifik.

Dalam pengalaman saya, banyak organisasi yang akhirnya menggunakan multi-cloud strategy, memanfaatkan strength dari masing-masing platform untuk use case yang berbeda. Ini adalah pendekatan yang semakin populer dan bisa memberikan best of both worlds.